Surat Terpilih untuk Februari oleh Ruang Bicara

"Jika perasaan sulit disuarakan maka suratkanlah"

Surat untuk Februari 

Februari tahun ini berbeda dari Februari yang lain. Karena ini adalah Februari pertama semenjak kepergian Ibu. Ada banyak hari yang telah berlalu, tapi ... di beberapa kesempatan, hari yang kebetulan cerah terkadang malah terasa sangat kelabu. Karena di waktu-waktu yang tak terduga, aku masih sering menangis sembari mengenang kejadian-kejadian yang terjadi sebelum kepergian Ibu. Seperti percakapan kami, permintaan Beliau, serta baju apa yang dikenakannya di hari terakhir sebelum digantikan oleh kain kafan. Bahkan aku juga masih cukup sering menyayangkan beberapa hal, juga berandai-andai, ‘kalau saja hari itu begini ...’ atau ‘seandainya waktu itu seperti ini ....’

Tetapi, aku tahu bahwa waktu yang telah berlalu tidak bisa diputar kembali. Ibuku sudah tidak ada lagi di sini, tapi ia akan selalu ada di hati.

Untuk Almarhumah Ibuku, tenanglah di alam sana, kami di sini akan terus berdoa. Karena aku tahu—kami semua tahu—kalau sekarang Ibu pasti sudah tidak sakit lagi, tidak kelelahan lagi. Ibu juga tidak perlu pusing memikirkan kami lagi, karena Insyaallah kami akan baik-baik saja di sini.

Waktu memang tidak menyembuhkan segalanya, tapi waktu akan membuat aku—kami—terbiasa.

Dan di bulan Februari ini, aku kembali berharap serta berdoa—dan akan selalu berdoa—semoga segala dosa-dosa Ibu dihapuskan, dilapangkan kuburnya, diterangi jalannya, serta ditempatkan di sisi orang-orang beriman. Tempatkanlah ia di sisi terbaik-Mu Ya Allah. Sedangkan untuk kami sekeluarga, semoga semakin diberikan ketabahan serta kekuatan untuk menjalani hari-hari ke depannya. Karena sebuah rumah tanpa sosok seorang Ibu, ternyata terasa sangat berbeda.

#PecanduBukudiKaryaKarsa #SuratuntukFebruari2024 #PecanduBuku